MEMANGGIL.CO - Getaran gempa yang terjadi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur terasa hingga di Kabupaten Kudus dan wilayah sekitarnya. Bahkan, gempa susulan ketiga yang terjadi Jumat (22/3/2024) sekira pukul 15:54 WIB, terasa lebih kencang.
Akibat gempa yang berlangsung beberapa menit itu, praktis membuat ratusan korban banjir yang mengungsi di aula gedung DPRD Kudus semburat berlarian meninggalkan gedung.
Seperti yang dialami Sukesi misalnya. Saat terjadi gempa, pengungsi asal Kudus ini sedang tiduran bersama pengungsi lainnya. Ia sangat kaget tiba-tiba gedung DPRD Kudus bergoyang.
Saya kira Pak Jokowi jadi datang ke Kudus. Pak Jokowi datang, kok, sampai gedung horek semua (bergetar semua). Tapi, saya kemudian sadar bahwa ini lindu, Sukesi seperti dikutip betanews.
Sembari memangku cucunya, Sukesi melanjutkan ceritanya. Ketika sadar bahwa yang terjadi adalah lindu, ia kemudian bergegas membawa cucunya keluar aula gedung DPRD Kudus.
Saya langsung gendong cucu dan bawa keluar. Khawatir gedungnya roboh, katanya.
Sukesi sendiri merupakan warga Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus yang menjadi korban banjir. Ia mengaku sudah mengungsi sekira sepekan.
Sudah seminggu saya mengungsi. Sebab rumahku kebanjiran setinggi perut orang dewasa, ungkapnya sembari memegang perutnya.
Ia mengatakan, mengungsi di aula gedung DPRD Kudus sangat terjamin. Makan dan minum disajikan prasmanan, sehingga ambilnya sepuasnya.
Terkait makan dan minum terjamin. Tapi, kami berharap banjir cepat surut dan bisa segera pulang, harap Sukesi yang mengaku mengungsi bersama anak dan cucunya.
Sementara itu, anggota DPRD Kudus Muhtamat, mengatakan, aula gedung DPRD memang disulap untuk jadi tempat pengungsian. Sebab, sejak sepekan lalu bencana banjir melanda Kota Kretek dan Demak.
Jumlah pengungsi di aula DPRD Kudus ini cukup banyak, lebih dari seribu orang. Untuk logistik kami pastikan aman. Namun, apabila ada yang ingin berdonasi, kami tetap mempersilahkannya, ujar Muhtamat.
Ia pun berharap, donasi yang diberikan tak melulu terkait kebutuhan pangan. Namun, bisa berupa terapi, trauma healing atau hiburan lainnya.
Hal itu agar para korban banjir tidak jenih di pengungsian, terutama anak-anak, harapnya.