MEMANGGIL.CO - Aktivitas vulkanik Gunung Merapi kembali meningkat. Pada Jumat 25 April 2025, empat kali guguran lava pijar teramati meluncur ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum mencapai 1.500 meter.
Laporan Yulianto dari magma.esdm menyebutkan Gunung Merapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten, tercatat memiliki ketinggian 2.968 mdpl. Saat ini, gunung terlihat jelas dengan asap kawah utama berwarna putih tebal setinggi sekitar 50 meter dari puncak.
Data Aktivitas Seismik dan Cuaca
Berdasarkan laporan pemantauan, aktivitas seismik menunjukkan:27 kali gempa guguran dengan amplitudo 10 mm dan durasi 12,4172,17 detik.
1 kali gempa low frequency dengan amplitudo 9 mm dan durasi 35,64 detik.
29 kali gempa hybrid/fase banyak dengan amplitudo 112 mm, durasi 8,8116,26 detik, dan selisih waktu S-P 0,50,6 detik.
Cuaca di sekitar Gunung Merapi dilaporkan cerah hingga mendung dengan suhu udara antara 18°C hingga 20,6°C. Kelembaban mencapai 89,1%93,3n tekanan udara berkisar antara 872,6 hingga 916,3 mmHg. Arah angin tercatat tenang ke barat.
Potensi Bahaya dan Rekomendasi Resmi
Berdasarkan data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), potensi bahaya saat ini mencakup:
Guguran lava dan awan panas di sektor selatanbarat daya meliputi:
Sungai Boyong (maksimal 5 km)
Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng (maksimal 7 km)
Sektor tenggara meliputi:
Sungai Woro (maksimal 3 km)
Sungai Gendol (maksimal 5 km)
Potensi lontaran material vulkanik eksplosif sejauh 3 km dari puncak.
Masyarakat diimbau:
Tidak melakukan aktivitas di dalam kawasan potensi bahaya.
Mewaspadai kemungkinan terjadinya awan panas guguran (APG) dan lahar, terutama saat hujan turun di sekitar Merapi.
Mengantisipasi gangguan abu vulkanik.
Memperhatikan pembaruan informasi dari instansi resmi apabila terjadi perubahan signifikan dalam aktivitas gunung.
Aktivitas vulkanik Merapi menunjukkan bahwa suplai magma masih berlangsung, yang dapat memicu potensi guguran dan awan panas. Peningkatan ini menunjukkan perlunya kewaspadaan tinggi dari masyarakat serta koordinasi intensif dari pihak berwenang.