MEMANGGIL.CO - Sebelum menjadi kabupaten, dulunya sejarah Blora terbagi dua wilayah kepemimpinan. Namanya Blora Kanoman dan Blora Kasepuhan.
Awak media ini pernah diberi petunjuk untuk menelusuri sejarah tersebut dari trah Raden Mas (R.M.) Tejonoto, yakni Raden Nganten (R.Ngt.) Ratnasari dan R.Ngt. Widyasintha, ketika itu.
Dulunya, Blora Kanoman dipimpin Bupati Raden Toemenggoeng (R.T.) Djajeng Tirtonoto dan Blora Kasepuhan dipimpin Bupati R.T. Wilotikto.
Tanggal 21 September 1762 Masehi disebut hari bersejarah lantaran dua tokoh tersebut diangkat jadi Bupati Blora bagian timur dan bagian barat oleh Sri Susuhunan Pakubuwono III.
Mereka diangkat menjadi bupati kembar karena berhasil menumpas pemberontakan Raden Guntur yang dianggap sangat meresahkan masyarakat. Serta, mengancam wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta.
Diceritakan, wilayah kekuasaan zaman dulu beda dengan sekarang yang tata kelolanya ada istilah eksekutif dan legislatif maupun sejenisnya.
Blora Kanoman
Merunut sejarah Blora Kanoman, dulu daerah ini dipusatkan di Kridosono yang letaknya di tengah kota bersebelahan dengan taman Sarbini, perpustakaan umum, serta Gelanggang Remaja Kolonel Sunandar.
Tempat-tempat tersebut dulunya merupakan pusat kota peninggalan R.T. Djajeng Tirtonoto, yang diserahkan kepada pemerintah untuk kepentingan rakyat.
Penyerahan beberapa tempat dari zaman ke zaman disebut tidak sesuai peruntukan yang diamanahkan R.T. Djajeng Tirtonoto. Seperti Kridosono, dulu diserahkan tujuannya untuk kepentingan rakyat dan janda-janda perang.
Blora Kasepuhan

Sementara berdasarkan sejarah Blora Kasepuhan, dulu daerah ini dipusatkan di Sendang Sri Desa Kunden.
Adanya Blora Kasepuhan ini disebut tidak berlangsung lama lantaran R.T. Wilotikto meninggal dunia setelah satu tahun diangkat menjadi bupati.
Diceritakan, R.T. Wilotikto tidak mempunyai keturunan. Kemudian Blora Kanoman dan Blora Kasepuhan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono III dijadikan satu dalam kekuasaan R.T. Djajeng Tirtonoto.
Dengan bertambah luasnya wilayah kekuasaan pada tahun 1767 Masehi, R.T. Djajeng Tirtonoto membuka tempat lain lagi yang lebih strategis untuk dijadikan pusat kota Blora.
Saat ini, tempat tersebut menjadi Pendopo Blora, Alun-Alun Blora, dan Magersari yang dulunya lahan masih berupa gerumbul (semak belukar). Pendopo Blora dulunya adalah rumah tinggal R.T. Djajeng Tirtonoto yang dilengkapi Alun-Alun Blora.
Sedangkan Magersari merupakan keputren yang diperuntukan tempat tinggal istri dan para putri bupati dilengkapi dengan taman-taman indah, serta kolam yang airnya selalu mengalir hingga terdengar gemericiknya.
Semula pada awal pembangunannya oleh R.T. Djajeng Tirtonoto, rumah tempat tinggal bupati tersebut masih terbuat dari kayu dan papan.
Kemudian, sekitar tahun 1837-1838 Masehi oleh cucunya yaitu Adipati Tirtonegoro yang merupakan Bupati Blora ke V merombak rumah yang semula berbentuk papan menjadi tembok dengan biaya yang dikeluarkan secara pribadi.