MEMANGGIL.CO – Hujan deras yang terus mengguyur wilayah Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dalam beberapa hari terakhir, membawa dampak serius bagi sektor pertanian.
Dari pantauan tim media Memanggil.co Selasa (23/9/2025), puluhan hektar lahan jagung di Desa Sumberagung terlihat kondisinya mulai memburuk akibat tergenang air. Tanaman saat ini diperkirakan berusia 50 hingga 60 hari, dimana usia tersebut semestinya memasuki masa pertumbuhan yang terbaik, justru terlihat layu dan ada yang mati.
Pada usia jagung tersebut petani sudah mulai menaruh harapan besar, sebab sebentar lagi bisa menikmati hasil jerih payahnya selama proses penanaman.
Namun, tidak dapat diperkirakan hujan deras turun dan menggenangi lahan jagung, akibatnya akar membusuk kemudian layu dan beberapa ada yang mati.
“Kalau sudah begini, kami hanya bisa pasrah. Jagung yang sudah kami rawat dari awal sekarang tidak bisa dipanen. Semua habis,” ungkap salah satu petani dengan nada pasrah, saat ditemui tim memanggil.co Selasa (23/9).
Bagi petani kehilangan satu musim panen merupakan salah satu kerugian besar. Sebab sebagian petani, dia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya hanya mengandalkan hasil panennya.
Gagal panen ini petani sangat rugi, karena sudah banyak uang yang dikeluarkannya seperti, pembelian benih jagung, pupuk, hingga perawatan setiap harinya.
Lenyapnya modal yang sudah dikeluarkan itu, petani sangat terpukul, sebabllhasil panen itu sebagian hasil panennya dibuat modal untuk menanam dimusim berikutnya.
Kecamatan Banjarejo sendiri dikenal sebagai salah satu kecamatan penghasil jagung terbesar di Blora. Setiap musim tanam, ribuan hektar lahan dipenuhi tanaman jagung yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat.
Musim ini seharusnya menjadi momentum yang baik, karena sebagian besar tanaman sudah memasuki fase produktif. Namun, cuaca ekstrem yang tak menentu justru menghancurkan harapan para petani dalam sekejap.
Di sisi lain, musibah ini juga menjadi peringatan serius tentang pentingnya dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah daerah bersama instansi terkait diharapkan dapat turun tangan, tidak hanya dengan memberikan bantuan darurat, tetapi juga mencari solusi jangka panjang.
Misalnya, program asuransi pertanian, peningkatan sistem irigasi, hingga pelatihan petani dalam menghadapi risiko perubahan iklim.
Meski dilanda keputusasaan, sebagian petani masih mencoba untuk tetap tegar. Namun, luka akibat kehilangan hasil panen kali ini tidak mudah dihapus. Jagung yang seharusnya menjadi sumber kehidupan justru berubah menjadi cerita pilu tentang betapa rentannya nasib petani ketika berhadapan dengan kekuatan alam.