MEMANGGIL.CO - Kementerian Kesehatan menghimbau kepada jemaah haji, terutama yang lanjut usia (lansia) atas kondisi kesehatannya. Pasalnya jemaah haji yang masuk kategori lansia jumlahnya 66.943 orang dari total 210.680 orang atau mencapai 31,8%.

Data di Kementerian Kesehatan menyebutkan, salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian terbanyak dari jemaah haji adalah penyakit jantung. Tercatat hingga hari ke-25 penyelenggaraan ibadah haji, terdapat 42 dari 78 jemaah haji meninggal di Arab Saudi karena penyakit jantung.

Menurut Penanggungjawab Medis Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr Muhaimin Munizu, penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti usia dan penyakit komorbit. Dikatakan, seseorang yang memiliki usia di atas 45 tahun pada laki-laki dan di atas 55 tahun pada wanita berisiko terkena penyakit jantung.

Dari segi usia, fenomena peningkatan jumlah jemaah haji lansia tahun ini, menjadi peringatan pada pemantauan pelayanan kesehatan terutama terkait penyakit jantung, ujarnya dikutip di laman kemkes, Senin 19 Juni 2023.

Faktor risiko kedua adalah penyakit komorbit seperti hipertensi, diabetes melitus, dan gangguan kolesterol yang dapat menimbulkan risiko terkena penyakit jantung. Melalui Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) diketahui banyak jemaah haji lansia kita memiliki penyakit penyerta tersebut.

Selain itu, lanjut, dr. Muhaimin ditemukan jemaah haji sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau gagal jantung. Karenanya jemaah haji dengan riwayat penyakit jantung dan faktor risiko, menjadi prioritas bagi petugas kesehatan untuk pemantauan terus menerus.

Karena Kelelahan

Menurut dr Muhaimin, selain faktor risiko, jemaah haji perlu mewaspadai faktor pencetus terjadinya gangguan akut pada jantung atau lebih dikenal dengan serangan jantung. Seperti aktifitas fisik yang melampaui kemampuan hingga menimbulkan kelelahan, istirahat yang kurang, dan ditambah cuaca ekstrim.

''Banyak jemaah haji sakit yang dirujuk di KKHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, dengan keluhan serangan jantung, mayoritas sebelumnya menjalani aktifitas fisik yang berat seperti umrah. Pasien mengalami serangan jantung pasca melakukan tawaf atau sai,'' ungkapnya.

Sebenarnya, lanjut dr Muhaimin, jemaah haji dengan penyakit jantung masih bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar. Tapi harus disesuaikan kemampuan dan tidak memaksakan diri. Karenanya jemaah haji dengan penyakit jantung disarankan menggunakan bantuan kursi roda. Selain itu jemaah haji juga diimbau untuk menjalankan aktifitas pada malam hari untuk menghindari cuaca panas ekstrim.

''Seharusnya jemaah dengan penyakit jantung tidak dipaksakan untuk melakukan aktifitas fisik yang berat. Solusinya bisa difasilitasi dengan penggunaan kursi roda,'' jelasnya.

Tanda-tanda Serangan Jantung

Jemaah haji perlu mewaspadai tanda-tanda serangan jantung seperti tiba-tiba merasa nyeri hebat di dada sebelah kiri, sesak nafas, kelelahan ekstrim, keringat dingin dan nyeri ulu hati. Jika jemaah haji mengalami tanda-tanda seperti ini, segeralah meminta bantuan tenaga kesehatan terdekat.

Jika jemaah haji mengalami kondisi seperti ini diharapkan untuk segera memeriksakan diri ke Tenaga Kesehatan Haji yang ada di Kloter (TKH). Selanjutnya TKH diharapkan juga bisa lebih cepat melakukan skrining dengan pemeriksaan EKG. Alat rekam jantung /EKG sudah disediakan di setiap pos kesehatan sektor, sehingga deteksi dini penyakit jantung dapat lebih mudah dilakukan.

''Jika jemaah mengalami tanda-tanda serangan jantung, segeralah meminta bantuan tenaga kesehatan. TKH di kloter bisa cepat melakukan pemeriksaan EKG yang ada di pos kesehatan sektor. Harapannya mencegah komplikasi dari serangan jantung itu sendiri,'' ujarnya. mengingatkan.

Tips Beribadah Haji dengan Lancar

Jemaah haji yang menderita penyakit jantung atau yang memiliki faktor risiko penyakit jantung, bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar. dr. Muhaimin menyampaikan beberapa tips untuk jemaah haji.

Pertama bagi jemaah haji yang sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau gagal jantung, harus rutin dan tepat waktu mengkonsumsi obat yang telah diberikan oleh dokter jantungnya.

Jika dalam ibadah haji ini, jemaah haji kehabisan obat rutin dapat lapor kepada tenaga kesehatan kloternya. TKH dapat meminta obat rutin tersebut ke depo obat atau berkonsultasi dengan dokter spesialis di KKHI supaya jemaah bisa melanjutkan terapinya.

Kedua, hindari aktifitas fisik yang berat dan sesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Upayakan jemaah haji tidak kelelahan yang dapat memicu timbulnya serangan jantung. Salah satu cara yang disarankan yaitu penggunaan kursi roda terutama pada jemaah haji yang memiliki gangguan jantung.

''Parameter kita jika jemaah haji di Indonesia sudah dilakukan pemeriksanaan EKG dan terdeteksi memiliki penyakit jantung berat atau penyakit jantung koroner, maka aktifitasnya jangan sampai menimbulkan kelelahan yang mengakibatkan keluhan jantung yang sifatnya akut atau serangan jantung,'' ingatnya.

Ketiga, jemaah haji diimbau untuk minum sebelum haus. Untuk jemaah haji dengan gangguan jantung berat harus mematuhi takaran air yang dapat dikonsumsi sesuai anjuran dokter.

Terakhir, dr Muhaimin mengingatkan kepada jemaah haji untuk mengatur ritme atau pola aktifitas harian selama ibadah haji. Tujuannya agar jemaah haji tidak kelelahan dan bisa mempersiapkan diri menjelang puncak ibadah haji atau prosesi Arafah, Muzdalifah dan Mina (armuzna).