MEMANGGIL.CO Musim kemarau di Kabupaten Rembang diperkirakan masih akan berlangsung hingga pertengahan November 2024.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), akhir musim kemarau diprediksi akan terjadi pada dasarian kedua bulan November.
Sri Jarwati, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini terus memantau dampak kekeringan yang melanda sejumlah desa di wilayah tersebut.
Berdasarkan data terbaru dari BPBD, hingga 18 Oktober 2024, sebanyak 65 desa di 14 kecamatan telah terdampak krisis air bersih.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada 10 September, hanya 48 desa yang dilaporkan mengalami kekeringan. Hal ini mengindikasikan kondisi kemarau yang semakin parah.
BMKG mencatat bahwa musim kemarau di Rembang tahun ini dimulai lebih cepat dan diperkirakan akan berakhir lebih lambat dibandingkan daerah lain.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Rembang, Risangsoko, menjelaskan bahwa suhu udara selama musim kemarau di Rembang juga mengalami peningkatan signifikan.
Suhu tertinggi tercatat mencapai 35 derajat Celsius, dengan rata-rata harian berkisar antara 32 hingga 35 derajat Celsius. Ini lebih tinggi dari suhu normal yang biasanya berada di bawah 30 derajat Celsius.
Meningkatnya suhu ini membuat kondisi cuaca di Rembang terasa lebih ekstrem, dan apabila berlanjut, bisa memperparah dampak kekeringan di wilayah ini, ujar Risangsoko.
Meski dilanda kekeringan, masyarakat setempat sudah mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan.

Beberapa desa bahkan telah melakukan gotong royong membersihkan sungai sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan banjir saat hujan mulai turun.
Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan menunjukkan bahwa masyarakat Rembang terus berupaya menghadapi perubahan cuaca ekstrem.
Situasi kekeringan yang berkepanjangan ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah, terutama dalam hal pendistribusian air bersih ke desa-desa terdampak.
Bantuan droping air bersih telah disalurkan ke beberapa wilayah, namun upaya tersebut harus terus ditingkatkan mengingat jumlah desa yang terdampak semakin bertambah.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, langkah-langkah pencegahan dan kesiapsiagaan perlu terus diperkuat untuk mengantisipasi berbagai dampak yang mungkin terjadi selama sisa musim kemarau dan menjelang musim penghujan.
Penulis: Alweebee
Editor: Anwar