MEMANGGIL.CO - Media sosial tengah diramaikan dengan kabar masuknya kosakata baru “galgah” ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Istilah ini pertama kali populer melalui unggahan penyanyi dan influencer Bunga Reyza di TikTok pada 11 Mei 2025, sebelum akhirnya resmi tercatat dalam KBBI edisi VI sejak 28 Oktober 2025.
Kata “galgah” didefinisikan sebagai antonim dari “haus”, yang berarti sudah segar atau lega kerongkongan karena minum. Namun, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menegaskan bahwa kata tersebut bersifat informal, tidak baku, dan dikategorikan sebagai onomatope, yaitu kata tiruan bunyi yang lahir dari kreativitas penuturnya, bukan berasal dari akar bahasa tertentu.
Dalam unggahan TikToknya, Bunga Reyza menjelaskan secara santai alasan munculnya kata ini.
“Mau minum nggak? Nggak dulu, udah galgah. Galgah tuh kayak udah segar gitu tenggorokan,” ujarnya saat memperkenalkan istilah tersebut.
Tanpa disangka, ide spontan itu kemudian menjadi tren dan menarik perhatian masyarakat. Viralitasnya mendorong Badan Bahasa untuk mencatatnya sebagai bagian dari dinamika bahasa Indonesia modern, meski statusnya hanya sebagai kosakata populer atau nonformal.
Menariknya, KBBI sebenarnya telah memiliki kata baku yang menjadi lawan dari “haus”, yaitu “palum”. Kata ini berasal dari bahasa Batak dan berarti sudah puas minum atau hilang rasa haus. Istilah “palum” masuk ke KBBI melalui program inventarisasi kosakata bahasa daerah tahun 2024 sebagai upaya memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia melalui keberagaman lokal.
Badan Bahasa menjelaskan bahwa fenomena “galgah” menunjukkan bahwa bahasa terus berkembang seiring kreativitas generasi muda dan budaya digital. Meski demikian, penggunaan kata baku tetap menjadi pedoman dalam konteks formal.
“Masuknya kata ‘galgah’ menjadi contoh bahwa masyarakat, terutama generasi muda, punya kontribusi besar dalam perkembangan bahasa. Namun dalam penggunaan resmi, bentuk baku ‘palum’ tetap diprioritaskan,” terang pernyataan Badan Bahasa.
Fenomena ini menegaskan bahwa bahasa adalah makhluk hidup: berkembang, berubah, dan tumbuh bersama penuturnya. Kehadiran “galgah” kini menambah warna dalam khazanah bahasa Indonesia modern, sekaligus menunjukkan bagaimana media sosial mampu memengaruhi lanskap bahasa nasional.