MEMANGGIL.CO - Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, tepatnya di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, terdapat sebuah peninggalan sumur tua yang dianggap keramat oleh warga setempat.

Warga setempat pun setiap dua tahun sekali, memberlakukan dasar sumur hanya boleh dibersihkan oleh keturunan dari Mbah Pamor. Yakni orang yang merupakan penggali sumur itu sendiri.

Sebelumnya ya Pak De dan Pak Lik (Paman) saya, dari keturunan mbah Pamor, kata Kades Bejagung, Aang Sutanto ditulis Memanggil.co, Rabu (01/02/2023).

Sumur keramat Bejagung memiliki giling (kail) dari batang kayu yang diperkirakan usianya sudah puluhan tahun, dan ini menjadi daya magnet tersendiri bagi para pengunjung saat mengambil airnya.

Juga sumur tersebut diperkirakan sudak ada sejak 1841 Masehi, dan banyak yang meyakini ada kelebihan tersendiri ketika menggunakan airnya.

Sutanto menceritakan, air sumur tersebut biasanya dipakai untuk pengambilan sumpah, bahkan dipakai suatu arena sumpah pocong terkait tuduhan sesorang untuk mengetahui jawaban atas kebenaran.

Menurutnya, tidak jarang jika masyarakat ada sesuatu masalah atau fitnah dari orang lain, biasanya menggunakan air tersebut untuk mencari jawaban.

Air yang berasal dari sumur sempat dijadikan orang sebagai perantara pengambilan sumpah, dengan cara meminum air itu, terangnya.

Sutanto mengatakan, pengunjung yang datang biasanya membawa air untuk dibawa pulang, bahkan bisa antri jika pengunjung ramai. Hal tersebut, kata dia, digunakan untuk keperluan, seperti pengobatan dan berbagai keperluan lainnya.

Untuk mendapatkan air itu, butuh sebuah perjuangan karena peralatan yang dipakai masih bersifat tradisonal atau dengan cara menimba. Hanya di sediakan alat katrol yang terbuat dari kayu dengan tali untuk menarik ember yang berisi air ke atas.

"Butuh sekitar tiga sampai empat orang untuk menggerakkan katrol untuk mendapatkan airnya," katanya.

Rohim, salah seorang warga setempat mengungkapkan, bahwa sumur keramat Bejagung setiap malam Jumat Wage dan Jumat Kliwon selalu ramai para pengunjung.

Kepentingannya pun bermacam-macam. Semisal agar bisa lepas dari kesialan, mendapat selamat dan mendapatkan keberkahan rejeki, serta beberapa kepentingan yang lainnya.

Kamis Pon dan Jumat Wage banyak peziarah yang datang, katanya.

Acara bersih sumur tua tersebut dilakukan, sebelumnya ada prosesi manganan sebanyak enam kali, dan ditutup acara yang terakhir yaitu bersih sumur.

Ada juga acara barikan yang digelar di Pendopo kantor desa, katanya.

Selain itu siangnya warga setempat berkumpul melakukan manganan berupa dawet dan nasi tumpeng. Dua hal tersebut merupakan syarat mengikat kehidupan.

Sebatas diketahui, Sunan Bejagung adalah Sayyid Abdullah Asyari bin Sayyid Jamaluddin Kubro merupakan adik dari Sayyid Maulana Ibrahim Asmoroqondi atau ayah Sunan Ampel atau kakek dari Sunan Bonang.