MEMANGGIL.CO Direktur RSUD dr. R Soetijono Blora, Puji Basuki, menyatakan bahwa tren penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya telah menunjukkan penurunan setelah sempat melonjak beberapa waktu lalu.

Meskipun demikian, Ia menekankan bahwa DBD merupakan penyakit yang sebenarnya bisa dikendalikan, khususnya dengan peran aktif masyarakat dan dukungan dari sektor kesehatan.

"DBD ini penyakit yang bisa dicegah, terutama melalui peran masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan," ujarnya.

Ia mengingatkan pentingnya penerapan langkah pencegahan seperti program 3M, yaitu Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat-tempat penampungan air, dan Mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti pembawa virus DBD.

Lebih lanjut, Puji Basuki menjelaskan, selain tiga langkah utama tersebut, ada beberapa poin "Plus" yang juga penting untuk memerangi DBD, antara lain menggunakan obat nyamuk, memberikan larvasida pada penampungan air yang sulit dikuras, serta memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.

"Langkah-langkah ini lebih baik daripada harus dirawat di rumah sakit," imbuhnya.

Pasalnya, kata Puji Basuki, pasien DBD yang masuk rumah sakit biasanya membutuhkan waktu minimal dua hingga tiga hari perawatan, bahkan dalam situasi melonjaknya kasus DBD, beberapa pasien terpaksa menunggu lama di IGD karena keterbatasan ruang perawatan.

"Kami bahkan sempat mengalami kekurangan tempat tidur di IGD. Dulu, saat jumlah pasien melonjak, kapasitas tempat tidur kita yang hanya 28, sempat terisi hingga 50. Itu sangat padat," ujarnya.

Namun, dengan penurunan jumlah kasus DBD yang terjadi belakangan ini, RSUD Blora kini kembali menormalkan kapasitas tempat tidur rumah sakit.

Puji Basuki berharap, masyarakat terus berpartisipasi aktif dalam pencegahan DBD agar kondisi ini tidak kembali memburuk.