MEMANGGIL.CO - Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan pesan mendalam soal keunikan dan keunggulan Universitas Islam Negeri (UIN) dalam ranah keilmuan. Menurutnya, UIN punya kekuatan epistemologis yang tidak dimiliki oleh kampus umum.
Hal ini disampaikan Menag dalam orasi ilmiah wisuda UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Minggu (29/6/2025), di hadapan para wisudawan dan pejabat kampus.
Tak Hanya Akal, UIN Punya Banyak Sumber Ilmu
Menag menegaskan, perbedaan mendasar antara UIN dan perguruan tinggi umum terletak pada sumber ilmu yang digunakan.
Jika kampus umum mengandalkan akal semata, maka UIN memiliki pendekatan yang lebih kaya dan mendalam.
“Keunggulan yang dimiliki UIN, yang belum tentu dimiliki oleh perguruan tinggi lain, adalah pada sumber ilmu pengetahuannya. Kalau perguruan tinggi umum hanya bersandar pada satu sumber, yaitu deduksi akal, maka UIN memiliki berbagai sumber ilmu. Selain deduksi akal, kita juga mengenal intuisi, ta’lim, ilham, dan bahkan wahyu,” ujar Menag Nasaruddin Umar, UIN Jambi.
Dari Intuisi, Ilham, hingga Wahyu
Menag menjelaskan bahwa dalam tradisi keilmuan Islam, intuisi bukan sekadar perasaan, melainkan bentuk pengetahuan ilahiah. Intuisi ini melahirkan ta’lim (ilmu pemberian Allah), yang tingkat kebenarannya bisa mencapai 80 persen.
Sedangkan ilham, atau ilmu laduni, memiliki validitas lebih tinggi hingga 90 persen. Dan yang paling tinggi adalah wahyu, yang hanya diberikan kepada para nabi.
“Ilham itu disebut ilmu laduni. Dan yang paling tinggi adalah wahyu, yang hanya dimiliki para nabi. Warisan ilmu dari para nabi inilah yang kita pelajari dan kita warisi di lingkungan UIN, yang menjadikan institusi ini lebih kaya secara epistemologis,” jelasnya.
Jangan Remehkan Mimpi, Dasar Idul Adha dari Mimpi Nabi Ibrahim
Dalam orasinya, Menag juga menyebut mimpi sebagai salah satu sumber pengetahuan yang sah dalam Islam. Ia mencontohkan mimpi Nabi Ibrahim dan Nabi Yusuf sebagai bentuk legitimasi spiritual yang kadang tak dianggap dalam sains modern.
"Jangan memandang enteng mimpi. Kalau kita mengingkari mimpi, gugurlah hukum Idul Adha. Kita menyembelih kambing pada hari raya, dasarnya adalah mimpi Nabi Ibrahim. Dan itu bukan mimpi biasa, tapi mimpi yang berisi pesan langsung dari Allah,” urainya.
Wakiyat, Inspirasi Langit untuk Orang yang Rajin Kontemplasi
Menag juga mengajak para wisudawan UIN untuk peka terhadap sinyal-sinyal spiritual, bahkan dari hal yang tak terlihat. Ia menyebut fenomena seperti wakiyat, inspirasi cerdas yang datang dari langit bagi mereka yang rutin melakukan perenungan.
“Kalau seseorang rajin melakukan kontemplasi malam hari, ia bisa mendapatkan inspirasi cerdas dari langit. Inilah yang disebut divine knowledge. Itulah yang kita kenal sebagai wakiyat, semacam early warning yang diterima seseorang karena kedekatannya dengan dimensi langit,” terangnya.
Belajar Tak Hanya dari yang Hidup
Menag menutup orasinya dengan pesan penting agar sarjana UIN tidak sempit dalam menuntut ilmu. Ia menekankan pentingnya belajar dari guru impersonal, bahkan dari ulama yang telah wafat lewat karya-karya mereka.
“Alangkah miskinnya seorang sarjana kalau gurunya hanya orang. Kita harus mampu belajar kepada impersonal teacher. Bahkan dalam tradisi Islam, para ulama belajar kepada guru-guru yang sudah wafat lewat kitab-kitabnya,” pungkasnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani, Staf Khusus Menteri Agama Ismail Cawidu, Rektor UIN Jambi Kasful Anwar, serta sejumlah pejabat kampus lainnya.