Jakarta, MEMANGGIL.CO - Tepat pada peringatan Hari Wayang Nasional (7/11/25), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali mengenal, mencintai, dan melestarikan salah satu warisan budaya paling berharga Nusantara wayang.

Melalui unggahan dan kampanye bertema “Wayang, Cermin Budaya, Jiwa Bangsa”, Kemenparekraf menegaskan bahwa wayang bukan sekadar hiburan atau pertunjukan seni tradisional, tetapi juga penjaga nilai, moral, dan filosofi kehidupan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

“Di balik setiap bentuk wayang tersimpan kisah, filosofi, dan nilai yang membentuk karakter bangsa. Wayang adalah cermin dari kearifan lokal dan jati diri Indonesia,” tulis Kemenparekraf dalam pernyataannya.

Wayang diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia sejak 7 November 2003. Peringatan Hari Wayang Nasional yang jatuh setiap 7 November menjadi momentum penting untuk mengingat kekayaan seni pertunjukan Indonesia yang begitu beragam  dari bentuk, bahan, hingga cerita yang diangkat.

Selain wayang kulit dan wayang golek yang sudah populer, Kemenparekraf juga memperkenalkan beragam jenis wayang khas daerah yang memiliki keunikan tersendiri, seperti:

Wayang Beber dari Pacitan (Jawa Timur) dan Wonogiri (Jawa Tengah) 

Kata beber berasal dari bahasa Jawa yang berarti membuka atau menggelar. Gambar-gambar cerita dilukis di gulungan kain atau kertas panjang yang kemudian dibuka oleh dalang adegan demi adegan, menciptakan pengalaman visual unik yang berbeda dari pertunjukan wayang lainnya.

Wayang Wahyu dari Daerah Istimewa Yogyakarta

Wayang ini mengangkat kisah-kisah dari Kitab Suci, khususnya Injil, dan digunakan sebagai media dakwah serta edukasi rohani umat Katolik. Tokoh dan ceritanya disesuaikan dengan nilai-nilai religius, menjadikan wayang sebagai sarana toleransi dan pembelajaran lintas iman.

Wayang Klithik (atau Krucil) yang berkembang di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta

Terbuat dari kayu pipih dengan ukuran kecil, wayang ini sudah dikenal sejak masa Kerajaan Majapahit abad ke-14. Ceritanya banyak mengangkat kisah Panji, yang penuh dengan nilai kepahlawanan, kesetiaan, dan romansa budaya Jawa klasik.

Melalui peringatan ini, Kemenparekraf mengingatkan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga kelestarian seni wayang agar tidak tergerus zaman.

“Wayang adalah warisan yang hidup. Ia tumbuh seiring waktu, beradaptasi, dan terus memberi makna. Menjaga wayang berarti menjaga akar budaya bangsa,” ujar salah satu Kemenparekraf di akun Instagram resminya.

Kemenparekraf juga mengajak masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan wayang lokal, mendukung komunitas seni tradisi, serta mengenalkan wayang kepada anak-anak melalui pendidikan dan media digital.

Peringatan Hari Wayang Nasional bukan hanya sekadar nostalgia, tetapi juga bentuk nyata komitmen Indonesia menjaga identitas dan warisan budaya di tengah arus globalisasi.