MEMANGGIL.CO - Ketupat dan lepat merupakan salah satu menu khas yang selalu tersaji saat momen Hari Raya Idul Fitri ataupun setelahnya. Untuk melengkapi santapan ketupat, biasanya dihidangkan dengan berbagai sayur sesuai selera masyarakat setempat agar semakin nikmat.

Menu yang membersamai ketupat biasanya dikolaborasikan dengan opor ayam, sate, gulai kambing dan masih banyak menu pendamping lainnya. Namun dibalik nikmatnya ketupat dan lepat ini, ternyata memiliki sejumlah filosofi dan makna mendalam.

Dirangkum Memanggil.co dari berbagai sumber, bahwa munculnya ketupat di setiap momen Hari Raya Idul Fitri pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga di Tanah Jawa.

Pada abad ke-15, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai salah satu simbol untuk perayaan Hari Raya Idul Fitri saat pemerintahan Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah.

Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda (Lebaran), yaitu bakda lebaran dan bakda kupat. Bakda kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran atau H+7.

Pada hari yang disebut bakda kupat tersebut, di Tanah Jawa kala itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda atau yang kerap disebut janur.

Arti kata ketupat dalam filosofi Jawa memiliki makna khusus. Yakni ketupat atau kupat merupakan kependekan dari Ngaku.Lepat yakni laku papat, ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Nah, tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Selesai janur dianyam, selonsong ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Selanjutnya hidangan ketupat diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Makanan ini dibagikan sebagai simbol kebersamaan dan saling berbagi. Seiring berjalannya waktu, ketupat tidak hanya menjadi tradisi masyarakat Jawa saja. Namun kini telah menyebar ke negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei.

Hal ini seiring dengan penyebaran agama Islam yang semakin luas dan membawa salah satu tradisi budaya Indonesia, yaitu menyajikan ketupat di Hari Raya Idul Fitri.

Beras dalam ketupat melambangkan nafsu, salah satu versi sejarah meyakini bahwa janur merupakan singkatan dari jatining nur yang berarti hati nurani.

Reporter : Teguh AriantoEditor : Arief