MEMANGGIL.CO - Sampah plastik menjadi isu lingkungan yang tak kunjung usai di berbagai daerah, termasuk Rembang. Upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Rembang dengan memanfaatkan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) adalah langkah progresif, namun apakah ini cukup untuk mengatasi masalah sampah yang semakin menumpuk?
Saat ini, ada 10 TPS3R yang aktif di berbagai desa di Rembang, dan DLH berencana membangun lebih banyak fasilitas, seperti Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Desa Landoh.
Namun, terlepas dari berbagai rencana ambisius tersebut, satu hal yang masih menjadi tantangan adalah bagaimana mengelola sampah organik yang mencapai 70 persen dari total sampah.
Sayangnya, solusi seperti mengubah sampah organik menjadi pakan ternak atau pupuk belum bisa diterapkan secara maksimal karena keterbatasan anggaran.
Hal ini membuat saya bertanya-tanya: apakah upaya ini benar-benar cukup tanpa adanya perubahan pola pikir masyarakat? Pengelolaan sampah tidak bisa hanya dibebankan pada TPS3R atau DLH semata.
Pengurangan sampah plastik, terutama yang bersumber dari rumah tangga, seharusnya menjadi prioritas. Namun, seberapa besar peran masyarakat dalam mendukung langkah ini?
Edukasi tentang pentingnya memilah sampah di rumah tangga, seperti yang ditekankan oleh DLH, adalah kunci. Namun, tanpa dorongan yang kuat dan konsisten, kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah masih rendah.
Kampanye atau program yang melibatkan masyarakat secara langsung, seperti bank sampah, harus diperluas ke seluruh pelosok Rembang agar setiap individu merasa bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan.
Kerjasama DLH dengan sektor swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) juga patut diapresiasi. Namun, lagi-lagi, tantangan terbesar tetap ada pada komitmen pemerintah dan masyarakat untuk terus bergerak ke arah pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.
Tanpa sinergi yang kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, upaya ini hanya akan menjadi solusi sementara, bukan jangka panjang.
Pada akhirnya, langkah-langkah yang dilakukan DLH Rembang perlu terus diperkuat dengan komitmen yang lebih besar, baik dari segi anggaran maupun pelibatan masyarakat.
Kita tidak hanya membutuhkan lebih banyak TPS3R atau TPST, tetapi juga kesadaran bahwa sampah plastik adalah masalah bersama. Apakah kita siap untuk benar-benar menghadapinya? Hanya waktu yang akan menjawab.
Penulis: Alweebee
Editor: Anwar