MEMANGGIL.CO Di tengah hamparan hijau pegunungan Lasem, Desa Kajar di Kabupaten Rembang tidak hanya menawarkan keindahan alam yang menyejukkan, tetapi juga kekayaan kuliner yang menarik perhatian.
Salah satu minuman khas yang muncul dari desa ini adalah Wedang Mawar. Lebih dari sekadar minuman, wedang ini membawa cerita dan tradisi yang patut untuk diungkap.
Kearifan Lokal dalam Setiap Tegukan
Wedang Mawar merupakan hasil inovasi masyarakat Desa Kajar yang telah dimulai sejak tahun 2016, berkat dorongan Penyuluh Pertanian Lapangan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Mudayanah, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga, menjelaskan bahwa keberadaan bunga mawar di desa ini menjadi potensi yang tidak hanya cantik dipandang tetapi juga bermanfaat.
Di berbagai pekarangan rumah, kita bisa menjumpai tanaman bunga mawar yang subur, siap dipetik untuk dijadikan wedang.
Proses Pembuatan yang Menawan
Pembuatan wedang ini melibatkan bahan-bahan sederhana namun kaya manfaat, seperti bunga mawar, jahe, serai, kayu secang, dan gula. Prosesnya pun tidak sesederhana itu; dibutuhkan ketelitian dan kesabaran.
Bunga mawar yang segar direbus bersama rempah-rempah hingga mengeluarkan minyak, sebuah proses yang memerlukan waktu dan perhatian. Setelah direbus selama 30 menit, wedang ini siap untuk dikemas dalam botol, menjaga kesegaran dan cita rasanya.
Masyarakat Desa Kajar menjual wedang mawar dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu Rp 8.000 per botol. Menariknya, bagi mereka yang membeli dua botol, ada diskon menarik, hanya Rp 15.000.
Ini menunjukkan bahwa wedang mawar bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga sebuah pengalaman sosial yang menghubungkan penjual dan pembeli.
Manfaat yang Melimpah
Kelezatan wedang mawar tidak hanya terletak pada rasa, tetapi juga pada manfaat kesehatan yang ditawarkannya. Bunga mawar dikenal memiliki khasiat untuk meningkatkan imun tubuh dan merawat kecantikan kulit.
Dalam setiap tegukan, kita bisa merasakan manfaat dari rempah-rempah yang tidak hanya menambah rasa tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Dari mengurangi stres hingga mencerahkan warna bibir, wedang ini membuktikan bahwa tradisi kuliner bisa berjalan beriringan dengan kesehatan.
Daya Tarik dan Permintaan yang Tinggi
Menariknya, wedang mawar tidak hanya diminati oleh masyarakat lokal. Pembeli dari luar kota, termasuk Semarang dan Jember, turut memesan wedang ini.
Hal ini menunjukkan bahwa ada permintaan yang tinggi dan ketertarikan yang besar terhadap produk lokal yang berkualitas. Masyarakat Kajar pun harus memanfaatkan sistem pre-order untuk memastikan setiap botol wedang yang mereka hasilkan dapat dinikmati oleh pembeli.
Menjaga Tradisi dan Melestarikan Budaya
Lebih dari sekadar minuman, Wedang Mawar adalah simbol dari kearifan lokal yang harus dijaga. Masyarakat Desa Kajar telah menunjukkan bagaimana tradisi dapat beradaptasi dengan zaman modern, menjadikan produk mereka relevan dan dicari.
Dalam dunia yang semakin sibuk, wedang ini menawarkan kehangatan dan kedamaian, sebuah momen untuk berhenti sejenak dan menikmati keindahan alam serta kearifan lokal.
Desa Kajar, dengan segala pesonanya, menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah komunitas bisa memanfaatkan sumber daya alam mereka untuk menciptakan produk yang tidak hanya enak tetapi juga memiliki nilai tambah.
Dengan mempertahankan tradisi dan inovasi, wedang mawar akan terus hidup dan menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia yang kaya.
Sebagai penutup, mari kita apresiasi dan lestarikan keanekaragaman kuliner daerah, termasuk wedang mawar dari Desa Kajar, yang membawa nuansa dan kehangatan dalam setiap tegukannya.
Penulis: Alwebee
Editor: Anwar