MEMANGGIL.CO - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kemahasiswaan Islam memiliki fondasi ideologis yang kokoh dalam mengawal gerakan intelektual dan perjuangan sosial.
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI menjadi rujukan utama dalam membentuk karakter kader yang berintegritas, berilmu, dan berakhlak Islami.
Internalisasi NDP bukan sekadar proses kognitif, melainkan sebuah upaya transformatif yang meniscayakan pemaknaan mendalam terhadap ajaran Islam sebagai landasan epistemologis dan aksiologis dalam setiap aspek gerakan.
Dalam perspektif teologis, internalisasi ini tidak hanya berfungsi sebagai pedoman etis, tetapi juga menjadi spirit yang menjiwai setiap langkah perjuangan kader dalam mewujudkan peradaban Islam yang berkeadilan.
Secara fundamental, NDP HMI berakar pada tauhid sebagai asas utama dalam memahami eksistensi manusia dan tanggung jawabnya di dunia. Tauhid bukan hanya sebatas konsep teologis, tetapi juga menjadi basis moral yang membentuk kesadaran kader terhadap misi keislaman dan kebangsaan.
Dalam konteks ini, spirit tauhid menuntun kader HMI untuk senantiasa berjuang menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini sejalan dengan prinsip amar maruf nahi munkar yang mengharuskan setiap kader untuk memiliki kepekaan sosial, keberanian moral, serta komitmen dalam memperjuangkan kesejahteraan umat.
Dengan demikian, internalisasi NDP dalam perspektif teologis tidak hanya melahirkan kesalehan individual, tetapi juga mendorong kader untuk menjadi agen perubahan dalam ranah sosial dan politik.
Lebih dari itu, internalisasi nilai perjuangan HMI harus dikontekstualisasikan dengan tantangan zaman yang terus berkembang. Dalam era modern yang sarat dengan disrupsi teknologi dan perubahan sosial yang cepat, kader HMI dituntut untuk tetap berpegang teguh pada prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Hal ini mengandung makna bahwa perjuangan kader tidak boleh terjebak dalam eksklusivitas ideologis, tetapi harus mampu merespons realitas dengan pendekatan yang inklusif dan adaptif.
Oleh karena itu, internalisasi nilai perjuangan harus diwujudkan dalam bentuk gerakan intelektual yang berlandaskan pada metode berpikir kritis, analitis, dan berbasis ilmu pengetahuan yang berorientasi pada kemaslahatan umat.
Dalam bingkai teologis, perjuangan kader HMI juga harus dilandasi oleh spiritualitas yang kuat. Keimanan yang kokoh menjadi fondasi dalam menjaga konsistensi perjuangan agar tidak terdistorsi oleh kepentingan pragmatis. Sejarah telah menunjukkan bahwa kader HMI yang memiliki pemahaman teologis yang mendalam cenderung lebih istiqamah dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam berbagai lini kehidupan, baik dalam ranah akademik, sosial, maupun politik.
Oleh karena itu, penguatan aspek spiritual harus menjadi bagian integral dalam proses pembinaan kader, sehingga nilai-nilai keislaman tidak hanya berhenti pada tataran konsep, tetapi benar-benar terejawantah dalam setiap gerakan dan perjuangan.
Dengan demikian, internalisasi nilai dasar perjuangan HMI dalam perspektif teologis bukan hanya berfungsi sebagai pedoman normatif, tetapi juga sebagai spirit gerak yang menjiwai setiap aktivitas kader dalam memperjuangkan Islam dan kemanusiaan.
Keberhasilan dalam menginternalisasi nilai-nilai ini akan melahirkan kader yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki komitmen moral dan spiritual yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita Islam sebagai sistem kehidupan yang membawa keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Oleh : Ahmad Yudhan