MEMANGGIL.CO - Petani garam di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mengeluh akan harga garam yang makin hari terus turun. Petani berharap pemerintah memperhatikan nasib petani garam atas turunnya harga bumbu dapur berasa asin ini.
Adalah Turiman, petani garam asal Sendangasri Kecamatan Lasem, Kabupaten, Rembang mengaku prihatin dengan turunnya harga garam. Awalnya harga garam mencapai Rp4.000 per kilogram awal bulan Maret hingga April.
"Saya juga senang karena saat itu, saya bisa dapat Rp150 ribu perharinya. Namun sayang itu tak berlangsung lama, karena masuk bulan Juni harga garam mulai anjlok, bahkan sejak Agustus harga turun drastis sampai Rp1.000 an," ujarnya pada Memanggil.co di Rembang pada Sabtu 23 September 2023.
Terkait dengan produksinya dalam hitungan bulan, Turiman mengaku jika dirinya tidak menghitung secara rinci. Dia hanya menyebut, jika tiap lima hingga lima hari sekali sudah nggaruk (panen) garam.
Saya gak ngitung produksinya, tapi tiap empat lima hari sekali nggaruk, tandasnya.
Dijelaskan Turiman, biasanya untuk satu garukan hasilnya tidak tentu. Kadang mendapatkan 1 kuintal per petak. Namun kadang juga jumlahnya kurang dari itu.
Di tempat garapnya, terdapat lima petak lahan garam (tambak). Lokasinya berada di Desa Dasun Kecamatan Lasem. Lahan tersebut bukan miliknya dan dirinya hanya mengerjakan. Jadi, jika sekali panen, malah hasilnya akan dibagi dengan pemilik lahan.
"Saya ini sekadar penggarab. Jadi setiap panen harus berbagi dengan pemilik lahan setelah dikurangi 10 persen untuk biaya air sisanya di bagi dua, imbuhnya.
Harga Garam Anjlok
Dengan anjloknya harga garam penghasilanya juga menurun. Yaitu dari Rp150 ribu menjadi Rp50 per harinya. Namun dirinya mensyukuri rezeki yang telah didapatnya.Syukuri saja timbang nganggur," ungkapnya.
Kabupaten Rembang, garam merupakan salah satu produk lokal yang diandalkan masyarakatnya. Setidaknya pertanian garam dianggap mampu menopang perekonomian Rembang.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang mencatat jumlah produksi garam Rembang pernah mencapai 125 ribu ton per tahunnya atau sekitar 6.8 persen dari kebutuhan nasional.
Kondisi tersebut membuktikan usaha garam di Rembang sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang mampu menyerap banyak tenaga.
Namun produk garam makin turun. Penyebabnya selain anjloknya harga garam juga lahan makin menyusut, karena banyak beralih fungsi menjadi lahan industri.
Penulis : Rinduwan
Editor : Arief Miko