MEMANGGIL.CO - Tanggal 23 April 2023 mendatang adalah Hari Buku Internasional. Pemuliaan buku dibuatkan hari tersendiri sebagai bentuk agar buku mendapat posisi penting dalam masyarakat, sekaligus penghargaan terhadap proses hingga tersusunnya sebuah buku.
Dalam setiap buku terkandung jejak kedalaman dan orientasi pemikiran penulisnya. Di samping itu, tentu saja kemampuan olah kata, bahasa, dan sastra penulisnya hingga mampu mempengaruhi pembacanya.
Salah satu penulis yang buku-bukunya diakui di level internasional adalah Pramoedya Ananta Toer. Untuk mengenang sang legenda beserta rekam jejak kepenulisannya, maka didirikanlah sebuah perpustakaan swasta di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dengan nama perpustakaan PATABA.
Adalah sebuah bangunan yang berdiri di pertigaan jalan Sumbawa, tepatnya di RT 01 RW 01 Kelurahan Jetis, Kecamatan Blora Kota. Dari masa ke masa, perpustakaan tersebut telah mendapat kunjungan dari wisatawan berbagai negara. Ini sudah selayaknya pemerintah daerah, provinsi maupun pusat wajib bangga.
Tentang PATABA
[caption id="attachment_1748" align="aligncenter" width="2560"]
Rasanya tidak salah penggunaan nama PATABA yang merupakan akronim dari Pramoedya Ananta Toer Anak Segala Bangsa. Pendiri perpustakaan tersebut tidak lain adalah Soesilo Toer dan Koesalah Soebagyo Toer, adik kandung dari sang legenda sastra Indonesia Pramoedya Ananta Toer.
"Awalnya nama PATABA merupakan singkatan dari Pramoedya Ananta Toer Anak Blora Asli, tetapi kemudian saya ubah karena salah satu Tetraloginya Mas Pram ada yang berjudul Anak Segala Bangsa. Maka dari judul buku itulah nama Perpustakaan PATABA saya ambil," kata Soesilo Toer kepada wartawan media ini, ditulis Sabtu (15/0/2023).
Soesilo Toer mendedikasikan perpustakaan untuk sang kakak bukan sekadar karena ikatan saudara kandung semata. Tetapi juga penghormatan pada kualitas sang kakak baik dalam kapasitasnya sebagai penulis maupun sebagai guru terpenting yang telah membantu dan menginspirasinya untuk turut menjadi penulis berkualitas dan produktif.
"Saya mulai merintis mendirikan perpustakaan ketika saya masih tinggal di Bekasi. Waktu itu saya menjadi dosen di Universitas Tujuh Belas Agustus Jakarta. Sebagian gaji saya gunakan untuk mentraktir mahasiswa dan sebagian lainnya saya gunakan untuk membeli buku," kenangnya menceritakan.
Kemudian, Soesilo Toer melengkapi koleksinya dengan membeli buku-buku bekas di Pasar Senen, Jatinegara, Semarang, dan beberapa daerah lainnya.
"Tahun 2004 saya pulang ke Blora dengan membawa lebih dari 500 buku. Ketika Mas Pram meninggal tahun 2006 maka perpustakaan PATABA saya dirikan untuk mengenangnya," imbuhnya.
Perpustakaan PATABA awalnya diperuntukkan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Sayangnya mereka tidak berminat untuk membacanya. Lebih ironis lagi, Soesilo Toer menceritakan bahwa perpustakaannya pernah dianggap perpustakaan liar oleh Pemda Blora.
Untuk menjawab tantangan ini, maka Soesilo Toer memberikan layanan lebih pada para pengunjungnya.
"Mereka saya layani dengan baik. Untuk menjadi anggota tidak perlu membayar. Bahkan para pengunjung yang nembutuhkan waktu lama saya sediakan minuman dan makanan. Mereka saya persilahkan menginap jika memang butuh waktu beberapa hari di sini. Silakan datang jika butuh untuk menyelesaikan skripsi, menyelesaikan S2 maupun S3." ujarnya berapi-api.
Lebih lanjut, Soesilo Toer menyampaikan bahwa Perpustakaan PATABA mempunyai sebuah prinsip sederhana, yaitu 'Indonesia Membangun Melalui Indonesia Membaca Menuju Indonesia Menulis'.
Silakan baca Berita dan Artikel lainnya di Google News