MEMANGGIL.CO Petani di Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, mulai beralih menanam cabai sebagai alternatif. Sebab harga gabah yang fluktuatif dan tidak stabil.
Adapun Kepala Desa Bogorejo, Farid Aang Mualifi, mengungkapkan bahwa ketidakpastian harga gabah serta dugaan adanya oknum yang mempermainkan harga menjadi faktor utama petani meninggalkan tanaman padi.
Menurut Kades Aang, harga gabah yang tidak menentu sangat merugikan petani.
Dengan harga yang tidak stabil, petani kesulitan merencanakan pendapatan mereka. Ada dugaan oknum yang mempermainkan harga gabah, jelasnya, Jumat (7/3/2025).
Selain itu, ketersediaan pupuk yang terbatas di wilayah tersebut juga menjadi pertimbangan. Tidak hanya di Desa Bogorejo, masalah kekurangan pupuk juga dirasakan di seluruh wilayah Bogorejo, yang semakin memperburuk kondisi pertanian.
Kades Aang juga menjelaskan bahwa petani yang terlambat menanam bisa mengalami kerugian besar.
Ketinggalan satu musim saja bisa rugi jutaan bahkan puluhan juta rupiah, tergantung luas lahan, tambahnya.
Karena resiko tinggi dalam bertani, lanjut dia, banyak petani yang beralih ke tanaman cabai, yang dianggap lebih stabil harganya.
Banyak yang beranggapan harga cabai lebih stabil, sehingga mereka memilih beralih menanam cabai, tandas Kades Aang.
Tanggapan PMD Blora
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Blora, Yayuk Windrati, menanggapi fenomena peralihan petani di Desa Bogorejo.Kami memahami kekhawatiran petani terhadap fluktuasi harga gabah yang merugikan mereka," ujarnya
"Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi kami. Namun, kami juga mendorong agar petani tetap mengedepankan keberagaman dalam bertani, karena ketergantungan pada satu komoditas saja bisa berisiko tinggi, sambungnya.