MEMANGGIL.CO - Tahun 1983 masih diingat Mbah Sugiyarno (76), warga Desa Semanggi, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Saat itu dirinya mendapat amanah dari orang lewat, yakni sebuah topi laken antik yang terbuat dari tunggak jati Blora.
Terhitung sejak tahun itu masih muda hingga sekarang ini menua, Mbah Sugiyarno masih memanfaatkan topi laken tersebut di atas kepalanya. Tentu tak jarang orang di sekitarnya jadi dibuat bertanya-tanya.
"Topi iki gawek an songko tunggak kayu jati," ujarnya kepada Memanggil.co, Minggu (16/07/2023).
Mengetahui kebiasaannya itu, pihak pejabat Pemkab Blora maupun Perhutani Blora secara turun temurun, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, wajib bangga lahir dan bathin.
Bukan tanpa sebab lain, karena separuh hidupnya Mbah Sugiyarno secara tidak langsung turut membantu pemangku kepentingan mengenalkan kualitas produk jati Blora hingga diakui dunia.
Menurut Mbah Sugiyarno, topi laken antik dari tunggak jati tua itu merupakan jatah yang diberikan oleh seseorang.
"Coro peritungane jatah, seng maringi wong lewat. Tahun 83," ucapnya dengan logat bahasa jawa.
Mbah Sugiyarno mengaku, banyak ilmu yang didapatkan semasa hidupnya sejak memanfaatkan alias memiliki topi laken tersebut.
Wejangan Mbah Sugiyarno
Kemudian, dirinya tak lupa sedikit berbagi wejangan untuk orang-orang zaman sekarang, khususnya kawula muda agar tidak serakah urusan dunia dan punya kelakuan jelek ketika punya ilmu."Ngilmu opo wae, ojo sampek nduwe lakon seng elek, lakone seng sae," katanya.
Dengan begitu, lanjut Mbah Sugiyarno, prinsip hidup tidak akan berbelok-belok melakukan keburukan yang menyimpang.
Misalnya seperti profesi wartawan, profesi aparat, orang-orang politik yang punya kuasa, dan lain sebagainya, jangan sampai punya kebiasaan menyimpang agar hidup lebih berkah dan bermanfaat. Serta, tidak mangkelan (jengkel) ketika diingatkan sesama.
"InsyaAllah yen pancene wong enom iku wayahe dienam-enam pikirane, kudune iso ngenam pikirane, ojo sampek menggok lakone. Ajeg pikirane. Tujuane opo seng jejeg," kata Mbah Sugiyarno mengakhiri.